Rukun Shalat (Bag.3)


Rukun Shalat
4. Membaca surat Al-Fatihah.
Lafadz Al-Fatihah:
بِسْمِ اللهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ (١) اَلْحَمْدُلِلّٰهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ (٢) الرَّحْمٰنِ لرَّحِيْمِ (٣) مَالِكِ يَوْمَ الدِّيْنِ (٤) اِيَّاكَ نَعْبُدُوَاِيَّاكَ نَسْتَعِيْنَ (٥) اهْدِنَاالصِّرَاطَ الْمُتَقِيْمَ (٦) صِرَاطَ الَّذِيْنَ اَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ غَيْرِالْمَغْضُوْبِ عَلَيْهِمْ وَلَاالضَّٓالِّيْنَ (٧) سورة الفاتحة
Artinya: (1) Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang, (2) Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam, (3) Maha Pemurah Maha Penyayang, (4) Yang menguasai hari pembalasan (hari kiamat), (5) Hanya Engkaulah (Ya Allah) yang kami sembah dan hanya kepada Engkaulah kami mohon pertolongan, (6) Tunjukilah kami jalan yang lurus, (7) Yaitu jalan orang-orang yang telah Engkau anugerahkan nikmat kepada mereka; bukan (jalan) mereka yang dimurkai dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat.” (Al-Fatihah).

Rasulullah SAW:
لَاصَلَاةَلِمَنْ لَمْ يَقْرَأْبِفَاتِحَتِ الْكِتَابِ. رواه البخارى.
Artinya: “Tiada shalat bagi seseorang yang tidak membaca surat Fatihah.” (Riwayat Bukhari)

لَاتُجْزِئُ صَلَاةٌ لِمَنْ لَمْ يَقْرَأْبِفَاتِحَةِ الْكِتَابِ. رواه الدارقطنى
Artinya: “Tidak sah shalat bagi orang yang tidak membaca surat Fatihah.” (Riwayat Daruqutni)
بِسْمِ اللهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ اٰيَةٌ مِنْهَا- رواه الدارقطنى
Artinya: “Bismillahir-rahmanir-rahim itu satu ayat dari surah Fatihah.” (Riwayat Daruqutni)

Imam Malik, Syafi’i, Ahmad bin Hanbal, dan Jumhurul ulama telah bersepakat bahwa membaca Al-Fatihah pada tiap-tiap rakaat shalat itu wajib dan menjadi rukun shalat, baik shalat fardhu atau shalat sunat. Mereka beralasan kepada hadits-hadits di atas. Al-Hanafiyah berpendapat bahwa yang fardhu dibaca ialah Al-Qur’an, tidak tertentu pada Al-Fatihah saja. Pendapat ini berdasarkan pada ayat Al-Qur’an.
Firman Allah SWT:
فَاقْرَءُوْامَاتَيَسَّرَمِنَ الْقُرْاٰنِ- المزمل .٢
Artinya: “Bacalah apa yang mudah bagimu dari Al-Qur’an.” (Al-Muzzammil: 20)

Pihak pertama menjawab tentang pendapat bahwa ayat tersebut mujmal (tidak jelas), surat atau yang mana yang dimaksudkan mudah itu. Maka hadits-hadits tersebut menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan mudah itu ialah Al-Fatihah.
Makmum yang mendengar bacaan imamnya.
Apakah hukumnya membaca Al-Fatihah bagi makmum yang mendengar bacaan imamnya? Dalam hal ini ada beberapa pendapat yang timbul dari cara mereka memahami ayat Al-Qur’an dan hadits-hadits seperti:
a. Firman Allah SWT:
وَاِذَاقُرِئَ الْقُرْاٰنُ فَاسْتَمِعُوْالَهٗ وَاَنْصِتُوْالَعَلَّكُمْ تُرْحَمُوْنَ. الاعرف ٢٠٤
Artinya: “Dan apabila dibacakan Al-Qur’an, maka dengarkanlah baik-baik, dan perhatikanlah dengan tenang agar kamu mendapat rahmat.” (Al-A’raf: 204)
b. Hadits Bukhari dan Daruqutni yang disebutkan di atas.
c. Sabda Rasulullah SAW:
لَايَقْرَاَنَّ اَحَدُكُمْ شَيْئًامِنَ الْقُرْاٰنِ اِذَاجَهَرْتُ بِالْقِرَأَةِ اِلَّابِاُمِّ الْقُرْاٰنَ. رواه الدارقطنى.
Artinya: “Janganlah seseorang di antara kamu membaca sesuatu pun dari Al-Qur’an apabila aku keraskan bacaanku, kecuali Ummul Qur’an (Al-Fatihah).” (Riwayat Daruqutni)
Ia berkata, semua orang yang meriwayatkan hadits ini dapat dipercaya.
Rasulullah SAW bersabda:
اِنِّىْ اَرَاكُمْ تَقْرَءُوْنَ وَرَاءَاِمَامِكُمْ٬ قُلْنَايَارَسُوْلَ اللهِ اَىْ وَاللهِ قَالَ لَاتَفْعَلُوْااِلَّابِاُمِّ الْقُرْاٰنِ فَاِنَّهُ لَاصَلَاةَ لِمَنْ لَمْ يَقْرَأبِهَا. رواه أبوداودوالترمذى.
Artinya: “Saya mendengar kamu membaca di belakang imam.” Jawab kami yang hadir, “Benar, kami membaca.” Beliau berkata lagi, :Janganlah kamu lakukan yang demikian, kecuali membaca Ummul Qur’an (Al-Fatihah). Sesungguhnya orang yang tidak membaca Al-Fatihah itu tidaklah shalat namanya.” (Riwayat Abu Dawud dan Tirmidzi)

Terima kasih atas kunjungannya, silahkan tinggalkan komentar untuk kemajuan blog ini.