Diperbolehkan tidak menghadap kiblat pada
beberapa keaadan seperti di bawah ini :
1) Ketika sangat takut sehingga tak dapat
menghadap ke kiblat, umpamanya dalam peperangan. Pada bagian lain akan
dijelaskan tentang shalat prajurit sewaktu dalam peperangan. Atau takut oleh
binatang buas, takut oleh api, takut kebanjiran, dan lain-lain.
Firman Allah SWT :
فَاِنْ
خِفْتُمْ فَرِجَالًااَوْرُكْبَانًا- البقرة ۲۳۹
Artinya : “Jika kamu dalam keadaan
takut (bahaya), maka shalatlah sambil berjalan atau berkendaraan.”
(Al-Baqarah: 239)
Menurut tafsir Ibnu Umar, yang dimaksud
dengan “berjalan kaki atau berkendaraan” di dalam ayat tersebut adalah
menghadap ke kiblat atau tidak menghadap ke kiblat. (Riwayat Bukhari).
2) Orang yang dalam perjalanan di atas
kendaraan. Apabila melakukan shalat sunat di atas kendaraan, boleh menghadap ke
arah tujuan perjalanannya, walaupun tidak menghadap ke kiblat; hanya diwajibkan
menghadap ke kiblat sewaktu takiratul ihram.
Menurut hadits :
عَنْ
جَابِرٍكَانَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُصَلِّىْ عَلٰى
رَاحِلَتِهِ حَيْثُ تَوَجَّهَتْ بِهِ فَاِذَااَرَادَالْفَرِيْضَةَ نَزَلَ
فَاسْتَقْبَلَ الْقِبْلَةِ- رواه البخارى
Artinya : “Dari Jabir. Rasulullah SAW
shalat di atas kendaraan menuruti arah kendaraannya. Maka apabila beliau hendak
shalat fardu, beliau turun dari kendaraan lantas menghadap ke kiblat.
(Riwayat Bukhari)
كَانَ
رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ اِذَااَرَدَاَنْ يُصَلِّىَ عَلٰى
رَاحِلَتِهِ تَطَوُّعًانِاسْتَقْبَلَ الْقِبْلَةِفَكَبَّرَلِلصَّلَاةِثُمَّ
صَلّٰى حَيْثُمَاتَوَجَّهَتْ بِهِ. رواه أبوداود.
Artinya : Rasulullah SAW apabila
hendak shalat sunat di atas kendaraan, beliau menghadap ke kiblat, lalu
takbirtul ihram, kemudian beliau shalat menghadap ke tujuan kendaraan beliau. (Riwayat
Abu Dawud)
3) Bila kiblat tidak dapat diketahui.
عَنْ
عَامِرِبْنِ رَبِيْعَةَرَضِيَ اللهُ عَنْهُ كُنَّامَعَ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِيْ لَيْلَةٍ مُظْلِمَةٍ فَلَمْ نَدْرِاَيْنَ الْقِبْلَةُ
وَصَلّٰى كُلُّ رُجُلٍ مِنَّاعَلٰى حَالِهِ فَلَمَّااَصْبَحْنَاذَكَرْنَاذٰالِكَ
لِلنَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَنُزِّلَ:
فَاَيْنَمَاتُوَلُّوْافَثَمَّ وَجْهُ اللهِ. رواه
احمد والترمذى.
Artinya : “Dari Amir bin Rabi’ah, “Kami
bersama-sama Rasulullah SAW pada malam gelap gulita, kami tidak mengetahui di
mana kiblat. Kami shalat menurut pendapat masing-masing. Setelah waktu subuh
kami beritahukan hal itu kepada Nabi SAW, maka ketika itu turunlah ayat (Ke
mana saja kamu menghadap, maka di situlah arah yang disukai Allah).” (Riwayat
Ahmad dan Tirmidzi)
Terima kasih atas kunjungannya, silahkan tinggalkan komentar untuk kemajuan blog ini.