Kiblat Ka’bah atau jihat-nya (bag.3)


Diperbolehkan tidak menghadap kiblat pada beberapa keaadan seperti di bawah ini :
1) Ketika sangat takut sehingga tak dapat menghadap ke kiblat, umpamanya dalam peperangan. Pada bagian lain akan dijelaskan tentang shalat prajurit sewaktu dalam peperangan. Atau takut oleh binatang buas, takut oleh api, takut kebanjiran, dan lain-lain.
Firman Allah SWT :
فَاِنْ خِفْتُمْ فَرِجَالًااَوْرُكْبَانًا- البقرة ۲۳۹
Artinya : “Jika kamu dalam keadaan takut (bahaya), maka shalatlah sambil berjalan atau berkendaraan.” (Al-Baqarah: 239)

Menurut tafsir Ibnu Umar, yang dimaksud dengan “berjalan kaki atau berkendaraan” di dalam ayat tersebut adalah menghadap ke kiblat atau tidak menghadap ke kiblat. (Riwayat Bukhari).

2) Orang yang dalam perjalanan di atas kendaraan. Apabila melakukan shalat sunat di atas kendaraan, boleh menghadap ke arah tujuan perjalanannya, walaupun tidak menghadap ke kiblat; hanya diwajibkan menghadap ke kiblat sewaktu takiratul ihram.
Menurut hadits :
عَنْ جَابِرٍكَانَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُصَلِّىْ عَلٰى رَاحِلَتِهِ حَيْثُ تَوَجَّهَتْ بِهِ فَاِذَااَرَادَالْفَرِيْضَةَ نَزَلَ فَاسْتَقْبَلَ الْقِبْلَةِ- رواه البخارى
Artinya : “Dari Jabir. Rasulullah SAW shalat di atas kendaraan menuruti arah kendaraannya. Maka apabila beliau hendak shalat fardu, beliau turun dari kendaraan lantas menghadap ke kiblat. (Riwayat Bukhari)
كَانَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ اِذَااَرَدَاَنْ يُصَلِّىَ عَلٰى رَاحِلَتِهِ تَطَوُّعًانِاسْتَقْبَلَ الْقِبْلَةِفَكَبَّرَلِلصَّلَاةِثُمَّ صَلّٰى حَيْثُمَاتَوَجَّهَتْ بِهِ. رواه أبوداود.
Artinya : Rasulullah SAW apabila hendak shalat sunat di atas kendaraan, beliau menghadap ke kiblat, lalu takbirtul ihram, kemudian beliau shalat menghadap ke tujuan kendaraan beliau. (Riwayat Abu Dawud)

3) Bila kiblat tidak dapat diketahui.
عَنْ عَامِرِبْنِ رَبِيْعَةَرَضِيَ اللهُ عَنْهُ كُنَّامَعَ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِيْ لَيْلَةٍ مُظْلِمَةٍ فَلَمْ نَدْرِاَيْنَ الْقِبْلَةُ وَصَلّٰى كُلُّ رُجُلٍ مِنَّاعَلٰى حَالِهِ فَلَمَّااَصْبَحْنَاذَكَرْنَاذٰالِكَ لِلنَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَنُزِّلَ: فَاَيْنَمَاتُوَلُّوْافَثَمَّ وَجْهُ اللهِ. رواه احمد والترمذى.
Artinya : “Dari Amir bin Rabi’ah, “Kami bersama-sama Rasulullah SAW pada malam gelap gulita, kami tidak mengetahui di mana kiblat. Kami shalat menurut pendapat masing-masing. Setelah waktu subuh kami beritahukan hal itu kepada Nabi SAW, maka ketika itu turunlah ayat (Ke mana saja kamu menghadap, maka di situlah arah yang disukai Allah).(Riwayat Ahmad dan Tirmidzi)

Terima kasih atas kunjungannya, silahkan tinggalkan komentar untuk kemajuan blog ini.